VIKTOR FRANKL
· ·
BIOGRAFI VIKTOR FRANKL
Viktor Frankl
lahir di Wina pada tanggal 26 Maret 1905.Viktor E. Frankl adalah Profesor dalam
bidang neurologi dan psikiatri di “The University of Vienna Medical School” dan
guru besar luar biasa bidang logoterapi pada U.S. International University. Dia
adalah pendiri apa yang biasa disebut madzhab ketiga psikoterapi dari Wina
(setelah psikoanalisis Sigmund Freud dan psikologi individu Alfred Adler),
yaitu aliran logoterapi
(Frankl, 1988: 7).
Frankl meraih gelar Dokter
dalam obat-obatan (M.D.) pada tahun 1930,dan Doktor filosofi (Ph.D.) pada tahun
1949, keduanya dari Universitas Vienna. Disamping itu, dia juga mendapatkan
gelar Honoriskausa dari universitas di seluruh dunia yang jumlahnya lebih dari
120. Dia menjadi pembicara terhormat pada United States International
University di San Diego (Corey, 1995: 244).
Selain itu, Frankl juga
menjadi Profesor tamu di Harvard, Duquesne, dan Southern Methodist
Univercities. Dia menerima beberapa gelar kehormatan dari Loyola University di
Chicago, Edgecliff, Rockford College dan Mount Mary College, serta dari
universitas-universitas di Brazil, Venezuela, dan Afrika Selatan. Dia menjadi
dosen tamu di berbagai universitas di seluruh dunia. Dia juga menjabat sebagai
presiden di Austrian Medical Society of
Psychotherapy serta anggota kehormatan di Austrian
Academy of Sciences
(Frankl, 2004: 8).
Dari tahun 1942 sampai
1945, Frankl menjadi tawanan di kamp konsentrasi Jerman, dimana orang tuanya, saudara
laki-lakinya, isteri dan anak-anaknya mati. Pengalaman mengerikan di kamp konsentrasi
tidak pernah hilang dari ingatannya, tetapi dia bisa menggunakan kenangan mengerikan
itu secara konstruktif dan tidak mau kenangan itu memudarkan rasa cintanya dan
kegairahannya untuk hidup (Corey, 1995: 244).
Selama tiga tahun menjadi
tahanan tentara NAZI, Frankl telah mengalami sebagai penghuni kamp-kamp
Auschwitz, Dachau, Treblinka, dan Maidanek. Kamp-kamp tersebut terkenal sebagai
“kamp konsentrasi maut”, dimana ribuan orang Yahudi yang tidak bersalah menjadi
sasaran utama program pemusnahan yang intensif oleh Adolf Hitler (Budiraharjo,
1997: 149).
Di dalam kamp konsentrasi
itulah, Frankl menyaksikan para tahanan disiksa, diteror, dan dibunuh secara
kejam. Dia sendiri mengalami penderitaan yang luar biasa. Walaupun demikian, di
dalam keterbatasannya sebagai manusia, Frankl berusaha turut meringankan
penderitaan sesamatahanan, baik secara medis maupun secara psikologis. Dia
membesarkan hati mereka yang putus asa dan membantu menunjukkan hikmah dan arti
hidup, walaupun mereka dalam keadaan menderita. Sewaktu masuk tahanan dan waktu
pembebasan, Frankl juga melakukan pengamatan seksama sebagai reaksi mental dan
pola perilaku para tahanan serta menghayati pengalaman dan perasaannya sendiri
secara mendalam. Di dalam pengamatannya, Frankl melihat bahwa dalam keadaan
yang mencekam dan sarat dengan penderitaan, ada sebagian tahanan yang menunjukkan
sikap tabah, bertahan bahkan berusaha membantu sesama tahanan. Namun di lain
pihak, sebagian
besar tahanan mengalami putus asa, apatis dan
kehilangan semangat hidup. Tidak jarang dari mereka melakukan bunuh diri guna
membebaskan diri dari penderitannya.
Dari kedua sikap tersebut,
Frankl melihat bahwa tahanan yang tetap menunjukkan sikap tabah dan mampu bertahan
itu adalah mereka yang berhasil mengembangkan dalam diri mereka tentang
harapan-harapan dimana akan tiba saat pembebasan dan dapat bertemu kembali
dengan
anggota keluarganya, serta meyakini datangnya
pertolongan Tuhan dengan berbuat kebajikan, berhasil menemukan dan
mengembangkan makna dari penderitaan mereka (meaning in suffering)
(Budiraharjo, 1997: 149-150).
·
Tulisan Dr. Frankl pertama
kali dimuat pada tahun 1924 dalam The International Journal of
Psychoanalysis dan telah menerbitkan dua puluh tujuh buku, yang
telah diterjemahkan dalam 19 bahasa termasuk bahasa Jepang dan Cina
(Frankl, 2004: 7-8).
Mulai tahun 1946, setelah
pembebasan dari kamp konsentrasi, karyakarya Frankl mulai muncul dan ia mulai
berkonsentrasi menulis buku from Death Camp to Existensialism - kemudian
judulnya diubah menjadi Man’s Search for Meaning – yang menjadi best
seller di Amerika Serikat. Buku ini seakan-akan menjadi pembuka bagi
logoterapi untuk masuk dan berkembang di Amerika Serikat dan menyebar ke
negara-negara lain, serta akhirnya mendunia sebagai salah satu aliran dalam
psikologi atau psikiatri modern (Bastaman, 2000: 67).
Man’s Search for
Meaning merupakan edisi revisi dan perluasan dari from Death Camp to
Existensialism, yang terpilih sebagai “Book of The Year” oleh Colby
College, Baker University, Earlham College, Olivet Nazarene College dan St.
Mary’s Dominian College (Frankl, 2004: 7-8).
Buku-buku penting lainnya yang ditulis Frankl
diantaranya adalah The Will to Meaning, The Unheard Cry for Meaning,
Psychotherapy and Existensialism, The Unconscious God, Synchronization in
Buchenwald yang secara keseluruhan menggambarkan orientasi atau
pendekatan eksistensialfenomenologis Frankl yang unik dalam menangani
berbagai masalah klinis maupun non klinis melalui logoterapi.
·
GAMBARAN
UMUM TEORI VIKTOR FRANKL
·
Kerangka pikir teori yang
dikemukakan Viktor Frankl digambarkan secara ringkas sebagai berikut: Setiap
orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan teori
Viktor Frankl kebahagiaan itu ternyata tidak terjadi begitu saja tetapi
merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya
untuk bermakna (the will to meaning) dan menemukan makna hidupnya (the
meaning of life). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang
bermakna (the meaningful life), dan ganjaran dari hidup yang bermakna
adalah kebahagiaan. Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi
ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya
tidak bermakna (Bastaman, 2007).
A. Komponen kehidupan bermakna
1. Kebebasan
Berkehendak (The Freedom of Will)
Kebebasan
berkehendak adalah kebebasan untuk mengambil sikap atas kondisi-kondisi yang
terjadi dalam kehidupan dan kebebasan disini bukan kebebasan yang mutlak,
tetapi kebebasan yang bertanggung jawab.
2. Kehendak Hidup
Bermakna (The Will to Meaning)
Keinginan untuk
hidup bermakna merupakan motivasi utama pada manusia yang mendorong setiap
orang untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan berarti dan
berharga. Bila hasrat ini dapat dipenuhi, barulah kehidupan akan dirasakan
bermakna, sebaliknya bila tidak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan
tak bermakna.
3. Makna Hidup (The
Meaning of Life)
Makna hidup adalah
sesuatu yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus
bagi seseorang sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Bila hal
tersebut terpenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang bermakna
(the meaningful life) dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan
bahagia.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teori Viktor Frankl
(Bastaman, 2007).
1. Faktor internal adalah seluruh potensi yang terdapat pada diri
manusia, antara lain bakat dan kemampuan, sarana (raga, jiwa, rohani),
daya-daya pribadi (insting, daya pikir, emosi), kehendak untuk hidup bermakna,
serta kemampuan untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya (the self
determining being).
2. Faktor eksternal adalah kondisi lingkungan alam sekitar dan situasi
masyarakat serta norma-norma dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di
tempat seseorang menjalani kehidupan sehari-hari.
3. Faktor
transedental adalah kemampuan manusia untuk mengatasi kondisi kehidupan saat
ini dan menentukan apa yang diidamkan dengan memanfaatkan daya-daya imajinasi,
kemampuan merencanakan, dan menetapkan tujuan, serta mengambil sikap baru atas
kondisi saat ini.
·
QOUTE ATAU PEMIKIRAN VIKTOR FRANKL
Logoterapi tidak menyikapi
setiap penderitaan (termasuk kematian) secara pesimistis, tetapi secara aktif.
Sebagaimana yang dikemukakan Frankl (1988: 73) :
Logotherapy is an optimistic approach to life, for
it teaches that
there are no tragic and negative aspects wich
could not be by the
stand one takes to them transmuted into positive
accomplishments.
Dari pernyataan itu, Frankl menekankan sikap optimis
dalam menjalani kehidupan dan mengajarkan bahwa tidak ada penderitaan dan aspek
negatif yang tidak dapat diubah menjadi sesuatu yang positif. Karena manusia
mempunyai kapasitas untuk melakukan hal itu dan mampu mengambil sikap yang
tepat terhadap apa yang sedang dialaminya.
Logoterapi memiliki tiga
konsep yang menjadi landasan
filosofisnya, yaitu kebebasan berkeinginan, keinginan
akan makna
dan makna hidup.
Logotherapy’s concept of man is based on three
pillars, the
freedom of will, the will to meaning, and the
meaning of life
(Frankl, 1988: 16).
Meaning of life is composed of the second
triad-creative,
experential, and attitudinal values. And
attitudinal values are
subdivided into the third triad-meaningful
attitudes to pain, guilt,
and death (Frankl, 1988: 73).
SUMBER :
Universitas Brawijaya Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar