Selasa, 03 Juni 2014

BIOGRAFI, TEORI, KARYA, DAN PEMIKIRAN VIKTOR FRANKL

VIKTOR FRANKL

·         ·         BIOGRAFI VIKTOR FRANKL

Viktor Frankl lahir di Wina pada tanggal 26 Maret 1905.Viktor E. Frankl adalah Profesor dalam bidang neurologi dan psikiatri di “The University of Vienna Medical School” dan guru besar luar biasa bidang logoterapi pada U.S. International University. Dia adalah pendiri apa yang biasa disebut madzhab ketiga psikoterapi dari Wina (setelah psikoanalisis Sigmund Freud dan psikologi individu Alfred Adler), yaitu aliran logoterapi
(Frankl, 1988: 7).
Frankl meraih gelar Dokter dalam obat-obatan (M.D.) pada tahun 1930,dan Doktor filosofi (Ph.D.) pada tahun 1949, keduanya dari Universitas Vienna. Disamping itu, dia juga mendapatkan gelar Honoriskausa dari universitas di seluruh dunia yang jumlahnya lebih dari 120. Dia menjadi pembicara terhormat pada United States International University di San Diego (Corey, 1995: 244).
Selain itu, Frankl juga menjadi Profesor tamu di Harvard, Duquesne, dan Southern Methodist Univercities. Dia menerima beberapa gelar kehormatan dari Loyola University di Chicago, Edgecliff, Rockford College dan Mount Mary College, serta dari universitas-universitas di Brazil, Venezuela, dan Afrika Selatan. Dia menjadi dosen tamu di berbagai universitas di seluruh dunia. Dia juga menjabat sebagai presiden di Austrian Medical Society of
Psychotherapy serta anggota kehormatan di Austrian Academy of Sciences
(Frankl, 2004: 8).
Dari tahun 1942 sampai 1945, Frankl menjadi tawanan di kamp konsentrasi Jerman, dimana orang tuanya, saudara laki-lakinya, isteri dan anak-anaknya mati. Pengalaman mengerikan di kamp konsentrasi tidak pernah hilang dari ingatannya, tetapi dia bisa menggunakan kenangan mengerikan itu secara konstruktif dan tidak mau kenangan itu memudarkan rasa cintanya dan kegairahannya untuk hidup (Corey, 1995: 244).
Selama tiga tahun menjadi tahanan tentara NAZI, Frankl telah mengalami sebagai penghuni kamp-kamp Auschwitz, Dachau, Treblinka, dan Maidanek. Kamp-kamp tersebut terkenal sebagai “kamp konsentrasi maut”, dimana ribuan orang Yahudi yang tidak bersalah menjadi sasaran utama program pemusnahan yang intensif oleh Adolf Hitler (Budiraharjo,
1997: 149).
Di dalam kamp konsentrasi itulah, Frankl menyaksikan para tahanan disiksa, diteror, dan dibunuh secara kejam. Dia sendiri mengalami penderitaan yang luar biasa. Walaupun demikian, di dalam keterbatasannya sebagai manusia, Frankl berusaha turut meringankan penderitaan sesamatahanan, baik secara medis maupun secara psikologis. Dia membesarkan hati mereka yang putus asa dan membantu menunjukkan hikmah dan arti hidup, walaupun mereka dalam keadaan menderita. Sewaktu masuk tahanan dan waktu pembebasan, Frankl juga melakukan pengamatan seksama sebagai reaksi mental dan pola perilaku para tahanan serta menghayati pengalaman dan perasaannya sendiri secara mendalam. Di dalam pengamatannya, Frankl melihat bahwa dalam keadaan yang mencekam dan sarat dengan penderitaan, ada sebagian tahanan yang menunjukkan sikap tabah, bertahan bahkan berusaha membantu sesama tahanan. Namun di lain pihak, sebagian
besar tahanan mengalami putus asa, apatis dan kehilangan semangat hidup. Tidak jarang dari mereka melakukan bunuh diri guna membebaskan diri dari penderitannya.
Dari kedua sikap tersebut, Frankl melihat bahwa tahanan yang tetap menunjukkan sikap tabah dan mampu bertahan itu adalah mereka yang berhasil mengembangkan dalam diri mereka tentang harapan-harapan dimana akan tiba saat pembebasan dan dapat bertemu kembali dengan
anggota keluarganya, serta meyakini datangnya pertolongan Tuhan dengan berbuat kebajikan, berhasil menemukan dan mengembangkan makna dari penderitaan mereka (meaning in suffering) (Budiraharjo, 1997: 149-150).
·       
         ·         KARYA-KARYA VIKTOR FRANKL

Tulisan Dr. Frankl pertama kali dimuat pada tahun 1924 dalam The International Journal of Psychoanalysis dan telah menerbitkan dua puluh tujuh buku, yang telah diterjemahkan dalam 19 bahasa termasuk bahasa Jepang dan Cina (Frankl, 2004: 7-8).
Mulai tahun 1946, setelah pembebasan dari kamp konsentrasi, karyakarya Frankl mulai muncul dan ia mulai berkonsentrasi menulis buku from Death Camp to Existensialism - kemudian judulnya diubah menjadi Man’s Search for Meaning – yang menjadi best seller di Amerika Serikat. Buku ini seakan-akan menjadi pembuka bagi logoterapi untuk masuk dan berkembang di Amerika Serikat dan menyebar ke negara-negara lain, serta akhirnya mendunia sebagai salah satu aliran dalam psikologi atau psikiatri modern (Bastaman, 2000: 67).
Man’s Search for Meaning merupakan edisi revisi dan perluasan dari from Death Camp to Existensialism, yang terpilih sebagai “Book of The Year” oleh Colby College, Baker University, Earlham College, Olivet Nazarene College dan St. Mary’s Dominian College (Frankl, 2004: 7-8).

Buku-buku penting lainnya yang ditulis Frankl diantaranya adalah The Will to Meaning, The Unheard Cry for Meaning, Psychotherapy and Existensialism, The Unconscious God, Synchronization in Buchenwald yang secara keseluruhan menggambarkan orientasi atau pendekatan eksistensialfenomenologis Frankl yang unik dalam menangani berbagai masalah klinis maupun non klinis melalui logoterapi.

·         GAMBARAN UMUM TEORI VIKTOR FRANKL
·                    
              Kerangka pikir teori yang dikemukakan Viktor Frankl digambarkan secara ringkas sebagai berikut: Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan teori Viktor Frankl kebahagiaan itu ternyata tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk bermakna (the will to meaning) dan menemukan makna hidupnya (the meaning of life). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (the meaningful life), dan ganjaran dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan. Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (Bastaman, 2007).
A. Komponen kehidupan bermakna
1. Kebebasan Berkehendak (The Freedom of Will)
Kebebasan berkehendak adalah kebebasan untuk mengambil sikap atas kondisi-kondisi yang terjadi dalam kehidupan dan kebebasan disini bukan kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggung jawab.

2. Kehendak Hidup Bermakna (The Will to Meaning)
Keinginan untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama pada manusia yang mendorong setiap orang untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga. Bila hasrat ini dapat dipenuhi, barulah kehidupan akan dirasakan bermakna, sebaliknya bila tidak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan tak bermakna.

3. Makna Hidup (The Meaning of Life)
Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Bila hal tersebut terpenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang bermakna (the meaningful life) dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia.

         Pencapaian Kehidupan Bermakna (The Meaningfull Life) Frankl (Bastaman, 2007) mendeskripsikan orang-orang yang mencapai dan menghayati hidup bermakna menunjukkan corak kehidupan penuh semangat dan gairah hidup serta jauh dari perasaan hampa dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tujuan hidup, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang jelas bagi orang-orang ini, dengan demikian kegiatan yang mereka lakukan pun menjadi lebih terarah. Mereka mampu untuk mencintai dan menerima cinta kasih orang lain, serta menyadari bahwa cinta kasih merupakan salah satu yang menjadikan hidup ini bermakna
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teori Viktor Frankl (Bastaman, 2007).
1. Faktor internal adalah seluruh potensi yang terdapat pada diri manusia, antara lain bakat dan kemampuan, sarana (raga, jiwa, rohani), daya-daya pribadi (insting, daya pikir, emosi), kehendak untuk hidup bermakna, serta kemampuan untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya (the self determining being).
2. Faktor eksternal adalah kondisi lingkungan alam sekitar dan situasi masyarakat serta norma-norma dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku di tempat seseorang menjalani kehidupan sehari-hari.
3. Faktor transedental adalah kemampuan manusia untuk mengatasi kondisi kehidupan saat ini dan menentukan apa yang diidamkan dengan memanfaatkan daya-daya imajinasi, kemampuan merencanakan, dan menetapkan tujuan, serta mengambil sikap baru atas kondisi saat ini.

·         QOUTE ATAU PEMIKIRAN VIKTOR FRANKL

Logoterapi tidak menyikapi setiap penderitaan (termasuk kematian) secara pesimistis, tetapi secara aktif. Sebagaimana yang dikemukakan Frankl (1988: 73) :

Logotherapy is an optimistic approach to life, for it teaches that
there are no tragic and negative aspects wich could not be by the
stand one takes to them transmuted into positive
accomplishments.

Dari pernyataan itu, Frankl menekankan sikap optimis dalam menjalani kehidupan dan mengajarkan bahwa tidak ada penderitaan dan aspek negatif yang tidak dapat diubah menjadi sesuatu yang positif. Karena manusia mempunyai kapasitas untuk melakukan hal itu dan mampu mengambil sikap yang tepat terhadap apa yang sedang dialaminya.

Logoterapi memiliki tiga konsep yang menjadi landasan
filosofisnya, yaitu kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna
dan makna hidup.

Logotherapy’s concept of man is based on three pillars, the
freedom of will, the will to meaning, and the meaning of life
(Frankl, 1988: 16).

Meaning of life is composed of the second triad-creative,
experential, and attitudinal values. And attitudinal values are
subdivided into the third triad-meaningful attitudes to pain, guilt,
and death (Frankl, 1988: 73).

SUMBER :

Kartika Melati (kartikamelati28@yahoo.comYoyon Supriyono Faizah
Universitas Brawijaya Malang. 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar