Peristiwa Mia Nuraini menurut Pandangan Psikologi
Beritanya
JUMAT,
24 MARET 2014 (08:51 WIB)
JAKARTA, KOMPAS.com — Mia Nuraini (15), siswi sebuah SMP di Jakarta
Selatan, tewas setelah dianiaya sekelompok orang di Terogong, Cilandak, Jakarta
Selatan. Berdasarkan penyelidikan polisi, salah satu pelaku, A (17), adalah
mantan kekasih korban. A tidak rela Mia menjalin hubungan dengan SS (17),
musuhnya dalam komunitas geng motor.
Peristiwa naas itu terjadi pada Rabu (12/3) pukul 13.30 di Kampung Terogong, Jalan Bahari Raya RT 009 RW 010, Kelurahan Cilandak Barat. Saat itu, Mia membonceng SS hendak menjemput seorang teman di Terogong. Teman SS, SA, juga turut dalam perjalanan itu menggunakan sepeda motor sendiri.
Namun, tiba-tiba sekelompok pemuda yang mengendarai empat sepeda motor dan membawa senjata tajam, antara lain gir, mengejar Mia, SS, dan SA. Kelompok pengejar itu terdiri atas delapan orang dan kompak meneriaki SS dan SA, ”Maling, maling!”
Sempat terjadi kejar-kejaran sebelum akhirnya sepeda motor SS terjatuh. SS dan Mia tidak berdaya dipukuli. SA yang terus tancap gas pun terkena pukulan dan sabetan senjata tajam. Mia yang mengalami luka robek di kepala dan wajah meninggal setelah sempat dilarikan ke RS Fatmawati. Sementara SS dan SA yang luka parah, Kamis, masih dirawat.
Salah sasaran
Kepala Kepolisian Sektor Metro Cilandak Komisaris Sungkono mengatakan, Mia dikebumikan pada Rabu malam. Pada saat yang sama, enam dari delapan pelaku dibekuk polisi. Keenam pelaku tersebut adalah AHG (21), NP (16), IR (23), CY (19), PA (20), dan YH (19). PA dan YH perempuan. Namun, dua pelaku lain, yaitu A dan AF, masih buron.
Para pelaku dan korban tinggal berdekatan, yaitu di Gandaria, Kebayoran Baru, dan Kebayoran Lama. Bahkan, beberapa di antaranya merupakan teman satu sekolah.
Dari pemeriksaan enam penganiaya Mia, A dikatakan pernah berseteru dengan SS. Teman-teman A juga pernah mendengar A meminta Mia tidak berpacaran dengan SS.
”Lu jangan pacaran sama dia. Gua ga rela. Itu salah satu perkataan A kepada Mia yang didengar teman-temannya,” kata Sungkono.
Menurut Sungkono, A dan SS dari dua kelompok pemuda yang berbeda. ”A itu katanya kelompok Jatayu. Sementara SS dari Radio Dalam. Mungkin sudah lama berseteru. Jadi, sasaran kelompok A ini sebenarnya SS bukan Mia,” katanya.
Sungkono menegaskan, pihaknya berupaya keras dan secepatnya membekuk A dan AF. Para pelaku melanggar Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan yang berakibat hilangnya nyawa seseorang. Ancaman hukuman maksimal 9 tahun penjara.
Keluarga baru mendapat kabar bahwa putri kelahiran 8 Agustus 1998 itu tengah dirawat di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, Rabu pukul 02.00. Mia yang dirawat intensif hingga pukul 12.00 meninggal.
Anak pendiam
Abdul Haris (53), ayah Mia, mengatakan, setiap pulang sekolah Mia lebih sering diam di rumah. Bermain bersama adik sepupu dan menonton televisi adalah aktivitas sehari-hari Mia. Mia adalah anak bungsu dari dua bersaudara.
”Mia keluar rumah kalau ada teman yang menelepon mengajak bermain atau bermain di warnet (warung internet). Itu pun tidak setiap hari,” ujar Haris yang bekerja sebagai petugas keamanan.
Sifat pendiam itu membuat Mia tertutup untuk menceritakan tentang teman-teman ataupun kisah cintanya. Haris mengaku tidak mengenal teman-teman Mia. Apakah anaknya punya pacar atau tidak, dia tidak tahu.
Nurhasanah (52), ibu Mia, mengkhawatirkan kondisi putri bungsunya yang dari siang hingga sore belum juga pulang ke rumah. Karena itu, ia dan suaminya menelepon Mia untuk memintanya pulang. Namun, pada pukul 17.00 Mia mengirim pesan singkat kepada ibunya yang isinya memohon maaf atas kesalahannya selama ini.
”Pesan itu membuat saya cemas. Karena dari siang belum pulang juga, selepas isya ayahnya mencari Mia di sekitar Jalan Anggrek, tetapi tidak juga menemukan Mia,” ujar Nurhasanah.(NEL/A07/MKN).
Peristiwa naas itu terjadi pada Rabu (12/3) pukul 13.30 di Kampung Terogong, Jalan Bahari Raya RT 009 RW 010, Kelurahan Cilandak Barat. Saat itu, Mia membonceng SS hendak menjemput seorang teman di Terogong. Teman SS, SA, juga turut dalam perjalanan itu menggunakan sepeda motor sendiri.
Namun, tiba-tiba sekelompok pemuda yang mengendarai empat sepeda motor dan membawa senjata tajam, antara lain gir, mengejar Mia, SS, dan SA. Kelompok pengejar itu terdiri atas delapan orang dan kompak meneriaki SS dan SA, ”Maling, maling!”
Sempat terjadi kejar-kejaran sebelum akhirnya sepeda motor SS terjatuh. SS dan Mia tidak berdaya dipukuli. SA yang terus tancap gas pun terkena pukulan dan sabetan senjata tajam. Mia yang mengalami luka robek di kepala dan wajah meninggal setelah sempat dilarikan ke RS Fatmawati. Sementara SS dan SA yang luka parah, Kamis, masih dirawat.
Salah sasaran
Kepala Kepolisian Sektor Metro Cilandak Komisaris Sungkono mengatakan, Mia dikebumikan pada Rabu malam. Pada saat yang sama, enam dari delapan pelaku dibekuk polisi. Keenam pelaku tersebut adalah AHG (21), NP (16), IR (23), CY (19), PA (20), dan YH (19). PA dan YH perempuan. Namun, dua pelaku lain, yaitu A dan AF, masih buron.
Para pelaku dan korban tinggal berdekatan, yaitu di Gandaria, Kebayoran Baru, dan Kebayoran Lama. Bahkan, beberapa di antaranya merupakan teman satu sekolah.
Dari pemeriksaan enam penganiaya Mia, A dikatakan pernah berseteru dengan SS. Teman-teman A juga pernah mendengar A meminta Mia tidak berpacaran dengan SS.
”Lu jangan pacaran sama dia. Gua ga rela. Itu salah satu perkataan A kepada Mia yang didengar teman-temannya,” kata Sungkono.
Menurut Sungkono, A dan SS dari dua kelompok pemuda yang berbeda. ”A itu katanya kelompok Jatayu. Sementara SS dari Radio Dalam. Mungkin sudah lama berseteru. Jadi, sasaran kelompok A ini sebenarnya SS bukan Mia,” katanya.
Sungkono menegaskan, pihaknya berupaya keras dan secepatnya membekuk A dan AF. Para pelaku melanggar Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan yang berakibat hilangnya nyawa seseorang. Ancaman hukuman maksimal 9 tahun penjara.
Keluarga baru mendapat kabar bahwa putri kelahiran 8 Agustus 1998 itu tengah dirawat di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, Rabu pukul 02.00. Mia yang dirawat intensif hingga pukul 12.00 meninggal.
Anak pendiam
Abdul Haris (53), ayah Mia, mengatakan, setiap pulang sekolah Mia lebih sering diam di rumah. Bermain bersama adik sepupu dan menonton televisi adalah aktivitas sehari-hari Mia. Mia adalah anak bungsu dari dua bersaudara.
”Mia keluar rumah kalau ada teman yang menelepon mengajak bermain atau bermain di warnet (warung internet). Itu pun tidak setiap hari,” ujar Haris yang bekerja sebagai petugas keamanan.
Sifat pendiam itu membuat Mia tertutup untuk menceritakan tentang teman-teman ataupun kisah cintanya. Haris mengaku tidak mengenal teman-teman Mia. Apakah anaknya punya pacar atau tidak, dia tidak tahu.
Nurhasanah (52), ibu Mia, mengkhawatirkan kondisi putri bungsunya yang dari siang hingga sore belum juga pulang ke rumah. Karena itu, ia dan suaminya menelepon Mia untuk memintanya pulang. Namun, pada pukul 17.00 Mia mengirim pesan singkat kepada ibunya yang isinya memohon maaf atas kesalahannya selama ini.
”Pesan itu membuat saya cemas. Karena dari siang belum pulang juga, selepas isya ayahnya mencari Mia di sekitar Jalan Anggrek, tetapi tidak juga menemukan Mia,” ujar Nurhasanah.(NEL/A07/MKN).
Menurut
Pandangan Psikologi atas Peristiwa Mia Nuraini
Dari
peristiwa di atas yang menceritakan tradegi kematian seorang remaja perempuan
berumur 15 tahun yang bernama Mia Nuraini yang disebabkan karena rasa cemburu
dan dikabarkan juga bahwa Mia meninggal karena salah sasaran. Bahwa peristiwa
ini terjadi karena mia berpacaran dengan sorang laki-laki yang initial namanya
“SS” yang dimana laki-laki tersebut sangan membuat mantan pacarnya mia yang
initial namanya “A” menjadi cemburu dan melakukan tindak kejahatan tersebut.
Maka untuk kali ini saya ingin menanggapi suatu kejadian ini menurut sisi
pandangan Psikologi nya dimana di muat dengan memakai beberapa teori dari
tokoh-tokoh dunia.
Teori yang pertama saya ambil berasal
dari teorinya Sigmund Freud mengenai “Defend Mechanism” yang merujuk pada Displacement
yang dapat dijelaskan seperti halnya melampiaskan kemarahannya
kepada orang lain dengan memakai suatu benda
. Mengapa saya mengambil teori ini karena setelah saya baca peristiwa ini
berlatarbelkangin karena persoalan masalah yang sudah lama terjadi antara pacar
korban dan mantan pacar korban. Dimana dari masing-masing pacar korban
mempunyai genk yang mana genk kedua pacar korban sudah menjadi musuh sejak lama
(musuh bubuyutan). Katanya “A” kelompok Jatayu dan “SS” kelompok radio dalam,
perseteruan mereka sudah lama, tetapi muncaknya pada saat Mia jadian dengan SS
padahal A sudah menyuruhnya untuk tidak berpacaran dengan SS karena telah
diketahui bahwa SS musuh sejak lama kelompok pelaku “A”, tetapi mia tidak
menghiraukannya. Sehingga memuncaklah kemarahan sih “A” sehingga ia
melampiaskan kemarahannya dengan menghajar mia dan pacarnya memakai benda tajam
dan gir. Walaupun yang telah diberitakan bahwa mia merupakan korban yang salah
sasaran dari pelaku sih “A” .
Teori yang kedua saya ambil berasal
dari teorinya Fritz Heider. Dimana dalam teorinya Fritz Heider ia mengemukakan tentang
minat psikologi sosial mengenai atribusi yang peduli tentang usaha kita untuk
memahami arti perilaku orang lain, khususnya bagaimana kita mengindentifikasi
sebab-sebab tindakannya. Telah diketahui bahwa atas kematiannya Mia disebabkan
bukannya hanya A cemburu dengan mia dan SS tapi setelah ditelusuri bahwa A
sudah sejak lama memendam rasa kekesalan terhadap kelompoknya SS, jadi
asal-muasalnya bukan hanya bedasarkan cemburu tetapi bedasarkan dendam yang
terpendam antara SS dan A. Dan dari yang diberitakan bahwa kematian Mia
disebabkan karena Mia mati karena salah sasaran. Tetapi secara pemikiran
manusia peristiwa tersebut mempunyai sebab-sebab mengapa hal tersebut terjadi
tetapi hanya didalam lubuk hati merekalah yang terlibat dalam peristiwa ini
yang mengetahuinya.
SUMBER :
(www.Kompas.com)
King,L.A. (2012). Psikologi Umum: sebuah pandangan apresiatif. Jakarta : Salemba Humanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar