Tokoh Psikologi di Indonesia Tahun 1950-an
Awal mulanya
terbentuknya Psikologi di Indonesia disebabkan oleh seorang tokoh yang lahir di
daerah Wonosobo, Jawa Tengah, 7 September 1907 yang bernama Prof. Dr. Slamet
Iman Santoso. Ia merupakan perintis studi Psikologi di Indonesia dan juga
sebagai perintis dan pendiri pertama kali Psikologi di Universitas Indonesia,
sehingga Prof. Dr. Slmet Iman Santoso di beri gelar sebagai Bapak Psikologi
Indonesia. Prof. Dr. Slmet Iman Santoso dikenal sebagai pria yang jujur,tegas
dan konsisten pada prinsip hidupnya, yang mana tak pernah berubah sampai akhir
hayatnya. Beliau meninggal di usia 97 tahun pada tanggal 9 November 2014 dini
hari pukul 00.30, setalah tiga tahun terakhir terbaring di rumah kediamannya,
Jl Cimandiri 26, Jakarta Pusat. beliau meninggalkan tujuh anak, tigabelas cucu
dan delapan buyut. Istri beliau yang bernama Suprapti Sutejo, sudah terlebih
dahulu meninggal di bulan November tahun 1983, lebih dulu 21 tahun di
bandingkan Prof. Dr. Slamet Iman Santoso. Seorang Tokoh perintis dan pendiri
Psikologi di Indonesia dimakamkan di TPU Menteng Pulo setelah sebelumnya
disemayamkan di aula FKUI Salemba, Jakarta.
Beliau merupakan penerima penghargaan
sebagai Tokoh Pendidikan Nasional dari IKIP Jakarta (UNJ) pada tahun 1987, ia
juga mendirikan Univeritas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas
Airlangga dan Universitas Hasanddin. Selain itu beliau merupakan mantan
Direktur Rumah Sakit Jiwa Gloegoer, Medan (1937-1938) ini, ini, sangat
termotivasi dalam merintis dan mendirikan fakultas psikologi, karena ia
beranggapan bahwa seorang psikiater belum mampu memecahkan banyak masalah yang
berhubungan dengan jiwa seseorang. Selain beliau pendiri Rumah Sakit Jiwa,
Dalam bidang profesi kedokteran, beliau menerima penghargaan Wahidin Sodiro
Hoesodo dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tahun 1989. Selain beliau
berprofesi kedokteran, beliau seorang ahli Psikologi yang mana pada tahun 1961 beliau
juga pernah memimpin sekitar lima puluh mahasiswa Fakultas Psikologi UI mengunjungi
penduduk yang terkena gusuran pembuatan Istana Olahraga Senayan dan dipindahkan
ke daerah Tebet dan Penjaringan. Mereka mencoba untuk berinteraksi dengan
penduduk tergusur itu. Kunjungan yang di lakukan oleh beliau utnutk
mahasiswanya merupakan hal awal mahasiswa turun ke masyarakat yang ada,
sehingga membuat bidang studi psikologi pun menarik banyak perhatian orang.
Dimana dahulu bidang studi psikologi mempunyai banyak rintangan dan masalah
saat Psikologi hanyalah sebuah jurusan dalam lingkungan FKUI, seperti sudah
terlupakan. Saat itu Prof. Dr. Slamet Iman Santoso dalam pidatonya yang pada
saat itu meneriman penghargaan bintang jasa Mahaputra Utama III (1973), merasa
bahwa ia ibarat seorang diri di tepi pasir yang gersang tanpa pedoman untuk
melintasinya sambil mengajak saudara-saudara mengembangkan disiplin ilmu yang
baru ini.
Salah satu murid Prof. Dr. Slamet Iman
Santoso yang sempat menjadi assistentnya pada zaman itu dan ia merupakan mantan
rekto IKIP Jakarta yaitu bernama Conny Semiawan. Ia beranggapan bahwa Prof. Dr.
Slamet Iman Santoso sebagai orang yang sangat tertib, teliti dan juga memiliki
wawsan yang sangat luas, selalu berfikir filosofis meskipun bukan ahli
filsafat. Dalam menguji mahasiswa, Slamet selalu menegaskan jangan menanyakan
apa yang kamu ketahui, tetapi usahakan untuk bertanya apa yang dipahami
mahasiswa. Dengan demikian dialog akan terjadi dan mahasiswa dapat
mengaktualisasikan dirinya. Menurut conny Semiawan, Prof. Dr. Slamet Iman
Santoso adalah tokoh pendidikan yang berani. Beliau adalah orang pertama
mengusulkan perlunya satu standar bagi semua jenjang pendidikan di Indonesia.
Usul yang beliau lontarkan sepanjang tahun 1979-1981 ini membuat heboh dunia
pendidikan. Beliau juga mengkritik keras tentang minimnya gaji guru, karena beliau
membandingkan gaji guru jaman belanda yang dua kali lipat dari gaji dokter.
Sehingga guru tak perlu mencari uang tambahn dan tak perlu mencampuri dunia
pendidikan dengan dunia bisnis. Beliau juga merintis mahasiswa melalui UMPTN.
Ketikan Prof.
Dr. Slamet Iman Santoso menjadi ketua Komisi Pembaruan Pendidikan Nasional
(KPPN) pada tahun 1979-1980, terjadi peristiwa besar dimana anak-anak SMA ingin
masuk Perguruan Tinggi Negri, yaitu sebgai contohnya adalah Universitas
Indonesia yang saat itu kapasitasnya menjadi meningkat dari 800 mahasiswa
menjadi 4000 mahasiswa. Prof. Dr. Slamet Iman Santoso yang terkanal sebagai
Guru Besar Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
(1950-1953) serta mantan Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan
Anggota Dewan Pertimbangan Agung (1968-1973) ini, juga sangat banyak melahirkan tokoh
pendidikan di Indonesia, diantaranya adalah Conny Semiawan, Fuad Hassan,
Sujudi, Wardiman Djojonegoro, Mahar Mardjono dan Saparinah Sadli. Para mantan
mahasiswanya ini sangat menghormati dan mengagumi gurunya ini. Mereka
mengenangnya sebagai guru yang sangat akrab dan suka menularkan pengalaman.
Salah satunya adalah ucapan beliau dalam acara peringatan 100 tahun Albert
Einstein di ruang Rektorat UI, 1979: ”Ciri
orang pandai, hal yang ruwet bisa disederhanakan, sebaliknya orang bodoh akan
meruwetkan soal sederhana”. Selain hal di atas beliau juga dikenal sebagai
seorang penulis termuka. Beliau sering menulis di berbagai kolomedia dan
menilis buku, dan beberapa bukunya yang terkenal adalah Sejarah Perkembangan
Ilmu Pengetahuan, Sinar Hudaya, Jakarta (1977); The Social Background For
Psychotheraphy in Indonesia; Psychiatry dan Masyarakat; Kesejahteraan Jiwa;
School Health in the Community; Sekolah Sebagai Sumber Penyakit atau Sumber
Kesehatan; Dasar Stadium Generale, Pendidikan Universitas Atas Dasar Teknik dan
Keilmuwan, Dasar-dasar Pokok Pendidikan; dan Pendidikan Indonesia dari Masa ke
Masa yang diterbitkan oleh CV Haji Masagung, Jakarta, 1987.
Dahulu Prof. Dr.
Slamet Iman Santoso disebut sebagai bayi ajaib karena waktu beliau lahir,
beliau dilahirkan dengan keadaan terbungkus dengan ari-ari, dan warga desa
menganggap bahwa bayi tersebut mempunyai suatu kelebihan. Pada saat itu banyak
orang sangat panik mencari bayi tersebut, tetapi ada seorang yang bernama
Nyonya Tambi, istri seorang petani indo, membantu membukakan bungkus ari-ari
tersebut. Bayi itu pun menangis dan setelah Nyonya Tumbi melepaskan ari-ari
tersebut ia berkata “Selamat” maka dari situ lah muncul kata (Slamet) yaitu
nama dari Prof. Dr. Slamet Iman Santoso. Ayahnya seorang Asisten Wedana
Banjaran. Di bawah pengasuhan ayahnya, Slamet menikmati masa kecilnya dengan
penanaman nilai-nilai keramahan, saling tolong-menolong dan gotong-royong.
Beliau berulang kali selalu menceritakan kisah masa kecilnya kepada banyak
orang. Belian dahulu di masa kecil dan remajanya mengecap pendidikan pada jaman
kolonial Belanda di Magelang mulai dari Europeesche Lagere School (ELS),
Hollandsch Inlandsche School (HIS (1912-1920) dan Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs (MULO (1920-1923). Kemudian melanjut ke MAS-B, Yogyakarta
(1923-1926); Indische Arts, Stovia (1926-1932); dan Geneeskunde School of Arts,
Batavia Sentrum (1932-1934). Beliau sangat menganggumi pendidikan kolonial Belanda
pada jaman itu sampai beliau merasakan sekali suasana pendidikan zaman Belanda
yang terkesan akrabnya hubungan orang tua-murid-guru, tiba-tiba hilang lenyap,
diganti dengan jaman pendidikan Jepang yang mulai tidak selarasa.
Dahulu beliau
menjuluki dirinya sebagai Abunawas. Yang artinya seorang yang penuh akal dan
selalu bersemangat. Dan beliau juga pernah menulis dengan menggunakan spidol di
area halaman kampus UI bahwa “Barangsiapa
yang parkir mobil miring, otaknya juga miring”. Sehingga pada saat itu
beliau dikenal sebagai seorang tokoh yang jahil dan sering dinilai aneh.
Kehiduoan beliau juga dikenal sebgai pribadi yang selalu ceria, beliau juga
orang yang tidak terlalu senang berolahraga
Sumber :
Belajarpsikologi.com/slamet-iman-santoso-1907-2004-bapak-psikologi-indonesia/
psycho-indonesia.blogspot.com/2011/10/mengenal-dan-mengenang-slamet-iman.html
Sumber :
Belajarpsikologi.com/slamet-iman-santoso-1907-2004-bapak-psikologi-indonesia/
psycho-indonesia.blogspot.com/2011/10/mengenal-dan-mengenang-slamet-iman.html
Beliaulah yang berjasa yang mengenalkan saya ke dalam ilmu psikologi, semoga saya bisa banyak belajar dari kisah hidupnya dalam mencapai kesuksesan hidup berkarir menjadi psikolog atau konsultan.
BalasHapus